Laman

Rabu, 26 Desember 2012

ANALISA KUANTITATIF


A.    PRINSIP
Analisa volumetri merupakan suatu analisa kuantitatif yang dilakukan dengan jalan mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti. Analisa kuntitatif adalah analisa yang berkaitan dengan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel (Underwood,1991). Larutan yang konsentrasi telah diketahui secara teliti disebut volume larutan. Standart titik ekuivalen adalan saat dimana reaksi sempurna sudah dicapai yang ditandai dengan perubahan warna atau terjadi suatu endapan yang disebabkan larutannya sendiri. Akhir titrasi adalah saat proses titrasi harus di hentikan.
Praktikum pengenalan analisa kuantitatif bertujuan untuk mengenal metode analisa kuantitatif dengan cara titrasi larutan asam oksalat dengan rumus N1xV1=N2xV2 dan menetapkan kadar asam cuka dengan menggunakan larutan NaOH dengan rumus = V1 x N x B x P x 100 %
                                                                                         V2 x 1000

B.     TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan dari praktikum mengenal analisa kuantitatif standarisasi larutan 0,1 NaOH dan penggunaannya dalam penentuan kadar asam cuka adalah untuk mengenal metode analisa kuantitatif dan menetapkan kadar asam cuka. Sedangkan manfaat dari praktikum mengenal analisa kuantitatif standarisasi larutan 0,1 NaOH dan penggunaannya dalam penentuan kadar asam cuka adalah agar praktikan lebih mengetahui metode analisa kuantitatif dan mengetahui kadar asam cuka.
C.    MATERI DAN METODE
C.1. Materi
Praktikum kimia dasar dengan materi analisa kuantitatif standarisasi larutan 0,1 NaOH dan penggunaannya dalam penentuan kadar asam cuka dilakukan pada hari Minggu tanggal 28 Oktober 2012 pukul 07.00-09.00 di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang.

Alat yang diguanakan dalam praktikum analisa kuantitatif antara lain biuret yang berfungsi untuk tempat zat yang akan menitrasi, erlenmeyer 100 ml untuk tempat zat yang akan dititrasi, labu ukur 100 ml dan 250 ml untuk tempat pengenceran dengan volume tertentu, statif ntuk penahan biuret, corong untuk membantu memasukkan larutan ke dalam buret, pipet tetes untuk mengnbil ayau mengurangi larutan sedikit demi sedikit, klem untuk menempatkan buret dan timbangan untuk mengukur berat asam oksalat.
Bahan yanf digunakan dalam praktikum pengenalan analisa kuantitatif adalah asam oksalat(H2C2O4) yang berfungsi untuk menitrasi larutan NaOH, NaOH 0,1 N sebagai larutan penitrasi asam cuka yang akan dihitung kadarnya yang sudah diencerkan dengan aquades, fenolftalein(pp) 1% sebagai indikator petunjuknya dan cuka.

C.2. Metode
C.2.1. Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat
Metode yang digunakan dalam praktikum analisa kuantitatif menentukan standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat adalah menimbang dengan tepat 0,63 gram oksalat, melarutkan asam oksalat yang sudah ditimbang ke dalam labu ukur dan mengencerkan dengna aquades hingga 100 ml. Setelah itu, masukkan asam oksalat yang sudah diencerkan ke dalam buret. Kemudian, masukkan 15 ml NaOH kedalam erlenmeyer 100 ml. Lalu menambahkan tiga tetes indikator fenolftalein. Larutan dititrasi dengan asam oksalat standart sampai warna merah indikator hilang dan mencatat volume asam oksalat yang diperlukan, melakukan titrasi sebanyak dua kali serta menghitung konsentrasi NaOH.
C.2.2. Penetapan Kadar Asam Cuka
Metode yang digunakan dalam praktikum analisa kuatitatif penetapan kadar asan cuka dengan larutan NaOH antara lain mengisi larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya ke dalam buret. Mengambil 25 ml asam cuka dan mengencerkannya dengan air menjadi 250 ml di dalam labu ukur, mengambil 10 ml asam cuka yang telah diencerkan dam masukkan kedlam erlenmeyer. Menambahkan tiga tetes indikator fenolftalein. Menitrasi larutan dengna NaOH sampai timbul warna merah muda yang tepat, mengulangi titrasi dua kali serta menghitung kadar asam cuka. 


D.    PEMBAHASAAN
D.1. Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat Standart
Data hasil praktikum standarisasi NaOH yang dititrasi dengan Asam Oksalat:
Tabel 1. Hasil Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat
Titrasi
Volume asam oksalat (ml)
I
13
II
13
Rata-rata
13
Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Perhitungan Normalitas NaOH
N1 x V1 = N2 x V2
0,1 x 13 = 10 N2
1,3 = 10 N2
N2 = 0,13
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut, pada saat penambahan 3 tetes indikator fenolftalein pada larutan NaOH terbentuk larutan berwarna merah muda karena NaOH bersifat basa. Sehingga pada proses titrasi ini digunakan asam oksalat sebagai titrannya. Selama titrasi berlangsung warna merah muda berangsur-angsur hilang dan pada saat itu terjadi titik ekuivalen. Hal ini sesuai pendapat Sastrohamidjojo (2001) bahwa titik ekuivalen dari suatu titrasi yaitu titik dimana jumlah ekuivalen dari basa dan asam telah tercampur. Pendapat ini diperkuat juga oleh Brady (1990)  bahwa selesainya suat reaksi dapat dilihat karena terjadinya sustu perubahan warna. Bercampurnya asam dan basa ditandai dengan perubahan warna yaitu dari merah muda menjadi putih keruh.
Volme asam oksalat yang dipakai hingga titik ekuivalen terjadi, dignakan untuk perhitungan normalitas NaOH, sehingga hasil yang dicapi setelah praktikum adalah 0,13N. Hasil yang didapatkan melebihi kisaran normalitas NaOh normal yaitu 0,1 N. Hal ini terjadi karena ketidak tepatan titrasi pada saat titrasi berlangsung, antara lain penggoyangan erlenmeyer saat titrasi, keterlambatan penghentian titrasi. Menurut Brady (1990) bahwa titik akhir berdempetan dengan titik ekuivalen, tetapi hal ini sukar didapatkan.

D.2. Penetapan Kadar Asam Cuka
Data hasil praktikum Penetapan Asam Cuka denga merek perdagangan Suka Sari :
Tabel 2. Hasil Pengukuran Kadar Asam Cuka
Titrasi
Volume NaOH (ml)
I
10
II
14
Rata-rata
12
Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Perhitungan normalitas asam cuka
V1 x N x B x P x 100 %
V2 x 1000
= 12 x 0,13 x 60 x 25x 100 %
10 x 1000
= 23,4 %
Berdasakan hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut, pada saat penambahan 3 tetes indikator fenolftalein pada larutan asam cuka tidak terjadi perubahan warna karena asam cuka bersifat asam. Sehingga pada proses titrasi ini digunakan NaOH sebagai titrannya. Selama titrasi berlangsung berangsur-angsur terbentuk warna merah muda dan pada saat itu terjadi titik ekuivalen. Hal ini sesuai pendapat Sastrohamidjojo (2001) bahwa titik ekuivalen dari suatu titrasi yaitu titik dimana jumlah ekuivalen dari basa dan asam telah tercampur. Pendapat ini diperkuat juga oleh Brady (1990)  bahwa selesainya suat reaksi dapat dilihat karena terjadinya sustu perubahan warna. Bercampurnya asam dan basa ditandai dengan perubahan warna yaitu dari warna jernih menjadi merah muda.
Volume NaOH yang dibutuhkan pada saat titrasi selisih 4 ml. Selisih volume ini disebabakan oleh kurangnya goyangan pada erlenmeyer, kondisi fenolftalein yang digunakan terjadi pengendapan sehingga reaksi titrasi berlangsung secara lambat. Hal ini sesuai pendapat Day dan Underwood (2002) bahwa faktor yang menyebabkan kenaikan volume NaOH karena lambatnya reaksi titrasi.
Melalui pengukuran kadar asm cuka didapatkan hasil sebesar 23,4%. Hasil inin sesuai dengan perhitungan normal dengan kisaran 20-25%. Kadar asam cuka menjadi tidak sesuai dengan kadar standar karena beberapa faktor antara lain ketidak ekuivalen volume larutan standart, penghentian proses titrasi. Hal ini sesuai pendapat Brady (1990) bahwa kadar asam cuka menjadi tidak sesuai dengan standart karena kesalahan penimbangan maupn kesalahan pengamatan.

E.     KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat standart yang ditandai dengan perubahan warna dari merah muda menjadi putih. Hasil yang diperoleh melebihi kisaran normal yang disebabkan ketidak tepatan larutan standart dalam buret. Sedangkan kadar asam cuka dapat diketahui dari normalitas larutan NaOH yang sudah diketahui dan dijadikan larutan standart yang ditandai dengan perubahan warna dari jernih menjadi merah muda. Kadar asam cuka yang diperoleh masih dalam kisaran normal.
F.     DAFTAR PUSTAKA
Brady, J. 1990. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Bina Rupa Aksara:Jakarta
Day, R.A dan A.L. Underwood. 1991. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga:Jakarta

Sastrohamidjojo, H. 2001. Kimia Dasar. Gadjah Mada University Press:Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar