A.
PRINSIP
Analisa
volumetri merupakan suatu analisa kuantitatif yang dilakukan dengan jalan
mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti.
Analisa kuntitatif adalah analisa yang berkaitan dengan berapa banyak suatu zat
tertentu yang terkandung dalam suatu sampel (Underwood,1991). Larutan yang
konsentrasi telah diketahui secara teliti disebut volume larutan. Standart
titik ekuivalen adalan saat dimana reaksi sempurna sudah dicapai yang ditandai
dengan perubahan warna atau terjadi suatu endapan yang disebabkan larutannya
sendiri. Akhir titrasi adalah saat proses titrasi harus di hentikan.
Praktikum
pengenalan analisa kuantitatif bertujuan untuk mengenal metode analisa
kuantitatif dengan cara titrasi larutan asam oksalat dengan rumus N1xV1=N2xV2
dan menetapkan kadar asam cuka dengan menggunakan larutan NaOH dengan rumus = V1 x N x B x P x 100 %
V2 x 1000
B.
TUJUAN
DAN MANFAAT
Tujuan
dari praktikum mengenal analisa kuantitatif standarisasi larutan 0,1 NaOH dan
penggunaannya dalam penentuan kadar asam cuka adalah untuk mengenal metode
analisa kuantitatif dan menetapkan kadar asam cuka. Sedangkan manfaat dari
praktikum mengenal analisa kuantitatif standarisasi larutan 0,1 NaOH dan
penggunaannya dalam penentuan kadar asam cuka adalah agar praktikan lebih
mengetahui metode analisa kuantitatif dan mengetahui kadar asam cuka.
C.
MATERI
DAN METODE
C.1. Materi
Praktikum
kimia dasar dengan materi analisa kuantitatif standarisasi larutan 0,1 NaOH dan
penggunaannya dalam penentuan kadar asam cuka dilakukan pada hari Minggu
tanggal 28 Oktober 2012 pukul 07.00-09.00 di Laboratorium Fisiologi dan
Biokimia Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro
Semarang.
Alat
yang diguanakan dalam praktikum analisa kuantitatif antara lain biuret yang
berfungsi untuk tempat zat yang akan menitrasi, erlenmeyer 100 ml untuk tempat
zat yang akan dititrasi, labu ukur 100 ml dan 250 ml untuk tempat pengenceran
dengan volume tertentu, statif ntuk penahan biuret, corong untuk membantu
memasukkan larutan ke dalam buret, pipet tetes untuk mengnbil ayau mengurangi
larutan sedikit demi sedikit, klem untuk menempatkan buret dan timbangan untuk
mengukur berat asam oksalat.
Bahan
yanf digunakan dalam praktikum pengenalan analisa kuantitatif adalah asam
oksalat(H2C2O4) yang berfungsi untuk menitrasi
larutan NaOH, NaOH 0,1 N sebagai larutan penitrasi asam cuka yang akan dihitung
kadarnya yang sudah diencerkan dengan aquades, fenolftalein(pp) 1% sebagai
indikator petunjuknya dan cuka.
C.2.
Metode
C.2.1.
Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat
Metode
yang digunakan dalam praktikum analisa kuantitatif menentukan standarisasi NaOH
dengan larutan asam oksalat adalah menimbang dengan tepat 0,63 gram oksalat,
melarutkan asam oksalat yang sudah ditimbang ke dalam labu ukur dan
mengencerkan dengna aquades hingga 100 ml. Setelah itu, masukkan asam oksalat
yang sudah diencerkan ke dalam buret. Kemudian, masukkan 15 ml NaOH kedalam
erlenmeyer 100 ml. Lalu menambahkan tiga tetes indikator fenolftalein. Larutan
dititrasi dengan asam oksalat standart sampai warna merah indikator hilang dan
mencatat volume asam oksalat yang diperlukan, melakukan titrasi sebanyak dua
kali serta menghitung konsentrasi NaOH.
C.2.2.
Penetapan Kadar Asam Cuka
Metode
yang digunakan dalam praktikum analisa kuatitatif penetapan kadar asan cuka
dengan larutan NaOH antara lain mengisi larutan NaOH yang telah diketahui
konsentrasinya ke dalam buret. Mengambil 25 ml asam cuka dan mengencerkannya
dengan air menjadi 250 ml di dalam labu ukur, mengambil 10 ml asam cuka yang
telah diencerkan dam masukkan kedlam erlenmeyer. Menambahkan tiga tetes
indikator fenolftalein. Menitrasi larutan dengna NaOH sampai timbul warna merah
muda yang tepat, mengulangi titrasi dua kali serta menghitung kadar asam cuka.
D.
PEMBAHASAAN
D.1.
Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat Standart
Data
hasil praktikum standarisasi NaOH yang dititrasi dengan Asam Oksalat:
Tabel 1. Hasil
Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat
Titrasi
|
Volume asam oksalat (ml)
|
I
|
13
|
II
|
13
|
Rata-rata
|
13
|
Sumber: Data Primer
Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Perhitungan
Normalitas NaOH
N1
x V1 = N2 x V2
0,1
x 13 = 10 N2
1,3
= 10 N2
N2
= 0,13
Berdasarkan
hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut, pada saat penambahan 3 tetes
indikator fenolftalein pada larutan NaOH terbentuk larutan berwarna merah muda
karena NaOH bersifat basa. Sehingga pada proses titrasi ini digunakan asam
oksalat sebagai titrannya. Selama titrasi berlangsung warna merah muda
berangsur-angsur hilang dan pada saat itu terjadi titik ekuivalen. Hal ini
sesuai pendapat Sastrohamidjojo (2001) bahwa titik ekuivalen dari suatu titrasi
yaitu titik dimana jumlah ekuivalen dari basa dan asam telah tercampur.
Pendapat ini diperkuat juga oleh Brady (1990)
bahwa selesainya suat reaksi dapat dilihat karena terjadinya sustu
perubahan warna. Bercampurnya asam dan basa ditandai dengan perubahan warna
yaitu dari merah muda menjadi putih keruh.
Volme
asam oksalat yang dipakai hingga titik ekuivalen terjadi, dignakan untuk
perhitungan normalitas NaOH, sehingga hasil yang dicapi setelah praktikum
adalah 0,13N. Hasil yang didapatkan melebihi kisaran normalitas NaOh normal
yaitu 0,1 N. Hal ini terjadi karena ketidak tepatan titrasi pada saat titrasi
berlangsung, antara lain penggoyangan erlenmeyer saat titrasi, keterlambatan
penghentian titrasi. Menurut Brady (1990) bahwa titik akhir berdempetan dengan
titik ekuivalen, tetapi hal ini sukar didapatkan.
D.2.
Penetapan Kadar Asam Cuka
Data hasil praktikum Penetapan Asam Cuka
denga merek perdagangan Suka Sari :
Tabel 2. Hasil Pengukuran Kadar Asam Cuka
Titrasi
|
Volume NaOH (ml)
|
I
|
10
|
II
|
14
|
Rata-rata
|
12
|
Sumber:
Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Perhitungan
normalitas asam cuka
= V1
x N x B x P x 100 %
V2 x 1000
=
12 x 0,13 x 60 x 25x 100 %
10 x 1000
= 23,4 %
Berdasakan hasil
praktikum diperoleh data sebagai berikut, pada saat penambahan 3 tetes
indikator fenolftalein pada larutan asam cuka tidak terjadi perubahan warna
karena asam cuka bersifat asam. Sehingga pada proses titrasi ini digunakan NaOH
sebagai titrannya. Selama titrasi berlangsung berangsur-angsur terbentuk warna
merah muda dan pada saat itu terjadi titik ekuivalen. Hal ini sesuai pendapat
Sastrohamidjojo (2001) bahwa titik ekuivalen dari suatu titrasi yaitu titik
dimana jumlah ekuivalen dari basa dan asam telah tercampur. Pendapat ini
diperkuat juga oleh Brady (1990) bahwa
selesainya suat reaksi dapat dilihat karena terjadinya sustu perubahan warna.
Bercampurnya asam dan basa ditandai dengan perubahan warna yaitu dari warna
jernih menjadi merah muda.
Volume NaOH yang
dibutuhkan pada saat titrasi selisih 4 ml. Selisih volume ini disebabakan oleh
kurangnya goyangan pada erlenmeyer, kondisi fenolftalein yang digunakan terjadi
pengendapan sehingga reaksi titrasi berlangsung secara lambat. Hal ini sesuai
pendapat Day dan Underwood (2002) bahwa faktor yang menyebabkan kenaikan volume
NaOH karena lambatnya reaksi titrasi.
Melalui pengukuran
kadar asm cuka didapatkan hasil sebesar 23,4%. Hasil inin sesuai dengan
perhitungan normal dengan kisaran 20-25%. Kadar asam cuka menjadi tidak sesuai
dengan kadar standar karena beberapa faktor antara lain ketidak ekuivalen
volume larutan standart, penghentian proses titrasi. Hal ini sesuai pendapat
Brady (1990) bahwa kadar asam cuka menjadi tidak sesuai dengan standart karena
kesalahan penimbangan maupn kesalahan pengamatan.
E.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil praktikum dapat diketahui bahwa standarisasi NaOH dengan larutan asam
oksalat standart yang ditandai dengan perubahan warna dari merah muda menjadi
putih. Hasil yang diperoleh melebihi kisaran normal yang disebabkan ketidak
tepatan larutan standart dalam buret. Sedangkan kadar asam cuka dapat diketahui
dari normalitas larutan NaOH yang sudah diketahui dan dijadikan larutan
standart yang ditandai dengan perubahan warna dari jernih menjadi merah muda.
Kadar asam cuka yang diperoleh masih dalam kisaran normal.
F.
DAFTAR
PUSTAKA
Brady, J. 1990. Kimia Universitas
Asas dan Struktur. Bina Rupa Aksara:Jakarta
Day, R.A dan A.L. Underwood. 1991.
Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga:Jakarta
Sastrohamidjojo, H. 2001. Kimia Dasar.
Gadjah Mada University Press:Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar